Yang ditujunya meja hijau.
Biasanya ia terbang menuju menara kekaguman orang-orang.
Tapi kini menuju bawah ketukan palu.
Ia patahkan semua jalaran hati dipengagumnya.
Walau hanya sebagian,tapi sisanya menjadi purnama.
Purnama yang memberi terang padanya.
Lambaian itupun tersenyum.
Bagaimanapun fantasi tidaklah nyata.
Ingatkah?, ada mahkamah sebenarnya menanti disana!!
Ia hanya mengkorupsi wibawanya lewat asusilanay.
Ingatkah?,mereka yang membunuhberibu-ribu hati dengan korupsi?
Mereka benar-benar merojok tenggorokan kami hingga muntah.
Mencongkel air mata kam.
Mencabi-cabik usus kami.
Namun itu semua mereka lakukan dengan satu kata:
“Korupsi!’
Ingatkah saat mereka melambaikan tangan dan janji mereka?

Tidak ada komentar:
Posting Komentar